Selasa, Maret 31, 2009

untuk renungan

Nasib, usaha dan takdir

Nasib, usaha dan takdir bagaikan tiga bukit biru samar-samar yang memeluk manusia dalam kelalaian. Mereka yang gagal tak jarang menyalahkan aturan yang telah dibuat Tuhan. Bukit-bukit biru samar-samar itu membentuk konspirasi masa depan dan definisi yang sulit dipahami sebagian orang. Seorang yang telah berusaha menunggu takdir akan mengubah nasibnya. Sebaliknya, seseorang yang enggan membanting tulang menerima saja nasibnya yang menurutnya takkan berubah karena semua telah ditakdirkan. Inilah lingkaran iblis yang umumnya melanda para pemalas. Tapi pengalaman selalu menunjukkan bahwa hidup dengan usaha adalah mata yang ditutup untuk memilih buah-buahan dalah keranjang. Bagaimanapun juga akan tetap mendapatkan buah, apapun itu. Sedangkan hidup tanpa usaha adalah mata yang ditutup untuk mendapatkan kucing hitam dalam kamar gelap yang tidak ada kucingnya. Tak dapat apa-apa. Nasib adalah setiap deretan dari titik-titik yang dilalui sebagai akibat dari setiap gerakan-gerakan konsisten usaha, dan takdir adalah ujung dari titik-titik itu. (Dikutip dengan penambahan dari Laskar Pelangi – Andrea Hirata)

untuk renungan

Ingat apa yang kamu dapat dari orang lain...

Tapi lupakan apa yang telah kamu berikan kepadanya...

Jangan pernah mengungkit-ungkit kebaikan diri sendiri. Biarlah kebaikan itu menjadi rahasia antara kamu dengan Sang Maha Pencipta. Tetapi selalu ingat kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukakn orang pada dirimu.

untuk renungan

Mungkin, bagi dunia kamu hanya seseorang……

Tapi bagi seseorang, kamu adalah dunianya.......

Jadi jangan berpikir kalau dirimu tak berharga, jangan berpikir bahwa tak ada seorangpun yang perduli pada dirimu. Kalupun orang tidak perduli, minimal hargailah dirimu sendiri. Manusia yang yang tidak menghargai dirinya adalah manusia yang tidak tahu cara bersyukur kepada Tuhan.